Parigi Moutong – Bencana Non Alam yang disebabkan oleh Corona Virus Disease (Covid-19), membuat SMA Negeri 1 Parigi ( SMANSAPAR ) terpaksa harus merubah tradisi kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) terhadap seluruh siswa barunya.
Pantauan KabarSAURUSonline.com, nampak puluhan peserta didik yang masih mengenakan seragam putih biru lengkap dengan topeng pelindung atau masker menerima arahan dari guru diruang kelas.
Pemandangan tersebut berbeda dengan pelaksanaan pengenalan lingkungan sekolah yang digelar tahun – tahun sebelumnya.
Pasalnya, saat Covid-19 belum menjadi pandemi di Indonesia, PLS yang sebelumnya dikenal dengan istilah Masa Orientasi Siswa (MOS).
Dimana saat itu dipenuhi dengan sejumlah kegiatan terjadwal selama hampir dua pekan dimulai dari masa Pra-MOS.
Kegiatan tersebut diantaranya, kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah, pengenalan dengan para guru melalui sejumlah materi kelas. Hingga, bina akrab antar sesama siswa baru maupun dengan siswa senior.
Namun, kondisi ini tidak terlihat pada kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah di SMA Negeri 1 Parigi, Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong pasca pandemi covid-19.
Ini Penjelasan Ketua Panitia PLS SMANSAPAR
Kepada KabarSAURUSonline.com, ketua panitia pelaksanaan kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) SMANSAPAR. Moh Rifai, menuturkan, pada pelaksanaan PLS di tahun ini, pihak sekolah merujuk pada protokol kesehatan.
“Ini hari terakhir untuk pelaksanaan PLS di sekolah kami. Saat ini ada tiga kelas yang mengikuti kegiatan PLS tersebut. Masing-masing kelas berjumlah 35 orang,” ujarnya.
Dijelaskannya, PLS yang dimulai sejak Selasa (14/7 red) merupakan pertemuan dan perkenalan antara wali kelas dengan para siswa baru secara luring.
Kegiatan itu dimulai sejak pukul 07.00 Wita sampai dengan 11.00 Wita.
Dalam pertemuan tersebut kata dia, para wali kelas mejelaskan tentang metode pembelajaran daring selama masa new normal pasca pandemi covid-19.
Lanjut dia, para wali kelas juga diminta untuk mendeteksi masing-masing anak wali mereka, yang dianggap berpotensi tidak dapat mengikuti pembelajaran secara daring.
“Hal itu bertujuan, agar nantinya para guru mata pelajaran mengunjungi langsung para siswa tersebut. Kemungkinan kondisi sampai dengan akhir 2020,” tandasnya.
Eksplorasi konten lain dari kabarSAURUSonline.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.