Nasianional, kabarSAURUSonline.com – Nilai tukar Rupiah semakin tertekan oleh dolar Amerika Serikat (AS).Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp15.915/US$ atau melemah 0,32 persen.
Melansir dari CNBC, posisi ini meneruskan pelemahan kemarin (25/10/2023) yang juga terdepresiasi sebesar 0,13% diangka Rp15.865/US$.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.01 WIB menguat sebesar 0,21% menjadi 106,74. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (25/10/2023) yang berada di angka 106,52.
Tekanan terhadap rupiah terus terjadi belakangan ini karena tiga alasan utama, yakni selisih US Treasury dan SBN tenor 10 tahun yang semakin tipis, capital outflow yang terus-menerus terjadi di Indonesia, dan perkasanya DXY.Lonjakan imbal hasil US Treasury berimbas pada imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN).
Imbal hasil melonjak ke 7,26% pada hari ini. Imbal hasils empat melonjak ke 7,3% pada 23 Oktober lalu yang menjadi rekor tertinggi sejak setahun terakhir.
Jika dikalkulasikan, selisihnya yakni 229 basis poin (bps) yang mana angka ini cukup sempit dan membuat investor berbondong-bondong keluar dari pasar domestik.
Terlebih, rating SBN tenor 10 tahun hanya BBB sehingga kalah jauh dari AS sehingga menjadi kurang menarik.
Data transaksi 16 – 19 Oktober 2023 yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp5,36 triliun terdiri dari jual neto Rp3,45 triliun di pasar SBN, jual neto Rp3,01 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,10 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).Lebih lanjut, capital outflow ini tidak hanya terjadi pada pekan lalu melainkan sudah terjadi bahkan dalam empat minggu beruntun.
Derasnya capital outflow ini terjadi secara beruntun sejak minggu ke-4 September khususnya dalam data transaksi 25-27 September 2023 yang tercatat investor asing di pasar keuangan domestik jual neto Rp7,77 triliun terdiri dari jual neto Rp7,86 triliun di pasar SBN, jual neto Rp2,07 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp2,16 triliun di SRBI.
Dalam empat minggu terakhir, dana asing telah keluar dari Indonesia dengan total hampir Rp20 triliun dengan dominasi capital outflow dari SBN hampir Rp19 triliun.Selain itu, DXY mengalami penguatan yang cukup signifikan yakni lebih dari 2% secara year to date/ytd.
Alhasil mata uang rupiah mengalami depresiasi akibat kenaikan dolar AS.Penguatan DXY ini tak lepas dari tingginya suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang saat ini berada di posisi 5,25-5,50%. Bahkan sikap ketat The Fed diproyeksikan masih akan terjadi hingga akhir tahun ini.
The Fed pun diperkirakan akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) pada tahun ini. Hal tersebut guna melawan inflasi yang masih cukup tinggi dan menjauhi target 2%.
BACA JUGA : https://kabarsaurusonline.com/2023/10/26/sebanyak-20-kilogram-sabu-dimusnahkan-polda-sulteng/
KUNJUNGI JUGA : https://www.cnbcindonesia.com/tech/20231027175911-37-484345/kasus-google-meluas-bos-besar-turun-gunung
Eksplorasi konten lain dari kabarSAURUSonline.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.