Parigi Moutong, kabarSAURUSonline.com- Bukan sekadar ambisi, tujuh tahun lamanya SMK Negeri I Toribulu Kabupaten Parigi Moutong terus berproses untuk mendapatkan predikat sekolah Adiwiyata.
Guna meraih penghargaan bergengsi itu, tidak banyak drama, di bawah kepemimpinan Dra. Sitti Nursiah sejumlah terobosan baru, berani dan tidak biasa langsung diterapkan di sekolah ini.
Seperti kata pepatah, proses tidak akan menghianati hasil, tahun 2022 ini SMK Negeri I Toribulu dikabarkan jadi calon penerima penghargaan Adiwiyata mewakili Provinsi Sulawesi Tengah ke tingkat nasional, setelah sebelumnya dua kali meraih penghargaan pada tingkat Kabupaten dan Provinsi.
“Kalau bicara soal sekolah ini yang mendapatkan gelar Adiwiyata, kami merintisnya itu kurang lebih tujuh tahun,” kata Kepala Sekolah SMK Negeri I Toribulu Dra. Sitti Nursiah, Rabu, (25/05).
Ia mengenang, saat pertama kali menginjakkan kaki di SMK Negeri I Toribulu, pemandangan gersang di depan mata, jauh dari kata ‘nyaman’.
“Saya berpikir proses belajar-mengajar tidak akan berjalan baik, kalau anak-anak merasa gerah di dalam kelas,” ujar Bu Cia, sapaan akrabnya.
Karena kondisi sekolah yang ‘kurang sedap’ dipandang mata, Ia dan sejumlah guru dibantu siswa-siswinya, berupaya untuk merubah penampilan sekolah menjadi lebih asri dengan menanam pohon penghijauan.
“Setelah mencari, kami dapatlah dari Dinas Kehutanan dan Balai Konservasi Aliran Sungai Poso-Palu, kurang lebih 300 pohon dengan tiga jenis, kemudian kami tanam di seluruh lingkungan sekolah ini,” jelasnya.
Tidak puas sampai disitu, secara bersama-sama seluruh elemen SMK Negeri I Toribulu konsisten menjalankan program lingkungan sehat dan asri.
Setelah melalui jalan panjang itu, maka pada tahun 2019 SMK Negeri I Toribulu mengikuti lomba Adiwiyata tingkat kabupaten.
“Pada tahun 2019 kami mulai mengikuti lomba Adiwiyata,” ujarnya.
Dari tahun ke tahun, pihak sekolah terus berproses menjadi lebih baik sehingga ada evaluasi berkesinambungan yang dilakukan bersama guru dan siswa.
Suatu ketika, lanjutnya, pihak sekolah mendapat penjelasan dan pengarahan yang positif dari DLH Kabupaten Parigi Moutong, tentang pentingnya pengelolaan sampah.
Sehingga kata Ia, perlu ada kebijakan berani bahkan tegas yang diterapkan, terutama tentang kesadaran tidak membuang sampah sembarangan.
“Siswa-siswi yang kedapatan membuang sampahnya sembarangan akan didenda berdasarkan jenisnya, sedotan dan kulit permen 50 ribu, kertas biasa 25 ribu, dan gelas plastik 100 ribu dan uang denda tersebut dikembalikan ke kelas terserah mereka mau buat apa,” terangnya.
Proses menumbuhkan budaya malu buang sampah sembarangan, bukan tanpa tantangan. Namun yang disyukuri kata Nursiah, semua pihak berupaya konsisten mengikuti aturan yang sudah disepakati bersama.
Jalan panjang menuju sekolah Adiwiyata itu diakui penuh suka duka, tetapi justru membuat semua elemen SMK Negeri I Toribulu menjunjung tinggi solidaritas, bahu membahu dan bertekad untuk menjadi sekolah kebanggan Sulawesi Tengah dengan meraih Adiwiyata hingga ke tingkat nasional.
Eksplorasi konten lain dari kabarSAURUSonline.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.