PALU, kabarSAURUSonline.com – Tiap bulan maret merupakan hari bersejarah bagi perempuan di seluruh dunia. 8 maret menjadi hari peringatan untuk perempuan internasional yang dilatarbelakangi dari pergerakan buruh perempuan di berbagai Negara.
Tuntutan persamaan hak yang sama dengan pekerja laki-laki, memiliki sejarah perjuangan panjang, tragis dan heroik. Sederet sejarah besar tentang perjuangan hak-hak perempuan, mempengaruhi pandangan dunia tentang kekuatan perempuan yang memberi kontribusi penting pada Undang-Undang Perburuhan secara internasional.
Untuk itu, Hari Perempuan Internasional merupakan momentum penting bagi dunia untuk mengingat kembali, sebagai wujud penghormatan bagi peran perempuan pada berbagai sektor kehidupan.
Mengingat pentingnya hal itu, berbagai lembaga, organisasi dan komunitas juga dunia akademisi ikut memberikan perhatian dengan menggelar aksi dan diskusi-diskusi ilmiah. Seperti apa yang dilakukan Komunitas Maleo Sulteng, IPPI Sulteng, We Lead, Komunitas Historia dan Famm Indonesia bersama Program Studi Antropologi FISIP Universitas Tadulako (UNTAD). Jumat 11 Maret 2022 di Kampus UNTAD.
Pada sebuah pengatar diskusi yang mengangkat tema “Road To Women’s History Month” disebutkan, saat ini penting untuk membahas aktivitas pergerakan, pengaruh dan kontribusi perempuan Sulawesi Tengah.
Komunitas Historia Sulteng mengatakan, dalam menjelaskan pergerakan perempuan dunia, jauh sebelumnya perempuan di Sulawesi Tengah telah terlibat langsung dalam mengambil keputusan.
Misalnya kata Anto, masyarakat Kaili memiliki adat dimana perempuan perlu dijaga oleh kaum lainnya. Hal ini dibuktikan dengan perempuan banyak berperan dalam struktur pemerintahan raja sejak dulu. Perempuan ditempatkan sebagai hal yang perlu dilindungi dan diperhatikan.
Sejarah menceritakan, saat Belanda menginvasi Kerajaan Banawa, seorang perempuan bernama Ranginggamagi dipercayakan sebagai Baligau dan segala sesuatu yang akan dilakukan harus melalui kesepakatannya.
Bahkan, dalam catatan sejarah juga disebutkan, raja pertama yang memimpin kerajaan Banawa adalah I Badantasa Batari Bana, yang merupakan seorang perempuan.
Kemudian Hacide, merupakan perempuan yang memukul genderang perang saat Belanda memasuki wilayah Tawaeli dan itu menggelorakan semangat para pejuang.
Sehingga kata Antro, Sulawesi Tengah telah menjadi wilayah feminis dikarenakan sejak dulu perempuan berperan penting dalam berbagai aktivitas strategis. Itu dibuktikan dengan setidaknya ada enam kerajaan di Sulawesi Tengah yang pernah dipimpin oleh seorang perempuan.
Kemudian terjadi perubahan antara perempuan masa lampau dan masa kini di Sulawesi Tengah. Hal ini didasari atas masuknya ajaran agama dan pergeseran budaya masyarakat Kaili. Jadi menurutnya, apa yang disuguhkan saat ini merupakan hasil penyempurnaan dari tradisi lampau.
Misalnya, tokoh perempuan Sulawesi Tengah yang bisa dikatakan sebagai wujud pergerakan perempuan modern masyarakat Sulawesi Tengah. Seperti Hj Intje Amin yang meghibahkan tanahnya untuk dijadikan lahan sekolah ajaran Alkhairaat. Beliau juga merupakan istri dari Guru Tua penyebar agama islam di Sulawesi Tengah.
Selain itu, Aminah Sasung Manopo Djanggola yang banyak bergerak pada kegiatan pemberantas buta huruf di kalangan perempuan Kota Palu. Ia mendirikan sebuah organisasi istri Sadar yaitu perkumpulan istri serta pegawai perempuan di Kota Palu.
Ada juga Hj. Kartini Pandan Yotolembah, perempuan yang membangun citra perempuan di sulawei tengah dengan mendirikan sekolah kepandaian putri yang merupakan cikal bakal berdirinya SMKK (SMKN 1 PALU).
Dra Syamsiar Lasahido, perempuan yang bergerak pada pengembangan kreativitas perempuan penenun di Sulawesi Tengah. Menjadi cikal bakal berdirinya Banua pantanua.
Pada kesempatan yang sama, Tari dari FAMM Indonesia menambahkan, dulu masih melekat stigma perempuan hanya beraktivits di tempat tidur, dapur, dan sumur. Namun sekarang, kesetaraan gender mulai diperjelas dimana banyak dari aktivitas perempuan dapat dipertukarkan dengan laki-laki.
Bahkan, telah menjadi perhatian serius tentang kekerasan gender yang tidak hanya tentang aktivitas fisik, akan tetapi secara verbal juga banyak dialami baik laki-laki ataupun perempuan. Akan tetapi, kasus yang paling banyak di temukan adalah perempuan yang melaporkan kasus tersebut.
Pada kesempatan itu, Ketua Prodi Antropologi UNTAD Dr. Ikhtiar Hatta, MA mengatakan, diskusi ini merupakan momentum yang pas buat mahasiswa untuk menuliskan karya ilmiah dibidang pergerakan perempuan Sulawesi Tengah dan melanjutkanya hingga ke meja ujian skripsi.
Diketahui, Hari Perempuan Internasional tahun ini mengusung tema besar ‘Break The Bias’ yang secara garis besar mengampanyekan dunia yang bebas dari bias, stereotip dan diskriminasi, dunia yang beragam, adil dan inklusif, perbedaan dihargai dan dirayakan, bersama-sama menempa kesetaraan perempuan.
Eksplorasi konten lain dari kabarSAURUSonline.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.