Jadi PNS, Impian Guru Honor Daerah Terpencil Parigi Moutong

Jadi PNS, Impian Guru Honor Daerah Terpencil Parigi Moutong
Rawi, Guru Honor SD Kecil 2 Lombok, Kecamatan Tinombo, Kabupaten Parigi Moutong (Sumber Design Foto : Redaksi kabarSAURUS)

Parigi Moutong, kabarSAURUSonline.com – Dibalik pegunungan yang merupakan wilayah Kecamatan Tinombo, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. Tersematkan angan dari para sejumlah guru honor daerah terpencil wilayah Kecamatan Tinombo ini, untuk bisa terangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Impian dan harapan Rawi, untuk menjadi seorang guru PNS, selalu ia panjatkan dalam do’a pada setiap sujudnya saat sholat. Kepada sang khalik, Ia meminta agar yang maha kuasa dapat mengetuk hati Pemerintah, agar ia bersama sejumlah teman seprofesinya terangkat menjadi seorang PNS.

Bacaan Lainnya

Dalam kesehariannya, Rawi menjadi guru honor untuk mata pelajaran agama Islam, di SD Kecil 2 Kecamatan Tinombo, tempatnya di Desa Taipa Obal, Kabupaten Parigi Moutong.

Pada sekolah ini, Rawi mengabdikan dirinya untuk anak-anak penerus bangsa yang mayoritasnya merupakan anak dari suku lauje dan bermukim pada wilayah pedalaman Kecamatan Tinombo.

Kepada media ini, Rawi mengaku telah 10 tahun lamanya, mengabdikan diri sebagai guru honor untuk mata pelajaran agama Islam, pada SD terpencil dan SD SMP Satap diwilayah itu.

Namun, beberapa tahun terakhir, Rawi bertahan menjadi guru agama pada sekolah dasar kecil tersebut dengan label Sarjana Pendidikan Islam (SPd.i).

“Saya S1 Pendidikan Islam itu, kurang lebih 10 tahun terakhir. Kemarin sempat jadi guru di SMP juga, tapi, sekarang saya hanya mengajar untuk kelas Satu sampai kelas Enam SD ini,” terangnya, Senin, (31/5).

Tahun ini, Pemerintah pusat telah mengeluarkan instruksi agar seluruh daerah di Indonesia membuka seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK).

Terkait hal ini, Pemerintah Daerah diminta untuk memperioritaskan para guru tenaga honorer. Seharusnya, guru honor SD wilayah pedalaman menjadi yang paling diistemawakan.

Dibalik kabar gembira atas kesempatan menjadi PPPK yang bisa berpenghasilan lebih, dari seorang tenaga honorer, tidak lantas membuat Rawi dapat menghela nafas lega.

Pasalnya, dari banyaknya formasi yang dibuka, formasi yang dibuka sesuai dengan jenjang pendidikannya, hanya untuk menerima satu orang saja.

Hal ini lantas membuat Rawi nyaris patah semangat. Kondisi yang terkesan diskriminasi terhadap guru agama yang masih berstatus guru honor pada sejumlah sekolah yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Parigi Moutong. Kini terpampang nyata pada mata Rawi.

“Pas saya Cek diinternet, untuk formasi guru agama yang akan diterima hanya satu orang saja. Mau diapakan, saya sempat kecewa bahkan ingin berhenti mengajar saja. Padahal, banyaknya guru agama di daerah ini,” ungkapnya.

Gaji Guru Honor Daerah Terpencil di Parigi Moutong Rendah, Sebulan Hanya Cukup Untuk Bayar Ojek?

Sementara itu, letak Desa Taipa Obal, yang merupakan tempat berdirinya bangunan Sekolah Dasar (SD) Kecil 2 Lombok. Berjarak sekitar 20 KM dari ibu kota Kecamatan Tinombo, kearah pedalaman dari kawasan pegunungan wilayah pemerintah Kecamatan Tinombo.

Akses jalan menuju desa ini pun sangat memperihatinkan. Cukup dibayangkan, agar dapat sampai ke Desa Taipa Obal ini, kita harus rela ‘merogoh kocek’ kurang lebih Rp 100.000 per orang, untuk membayar ojek yang mengantarkan kita ke SD Kecil 2 Lombok Kecamatan Tinombo tersebut.

Parahnya lagi, tarif tersebut bisa jadi lebih naik, jika dimusim penghujan. Hal ini sungguh terkesan miris jika diperhadapkan dengan guru honor pada wilayah tersebut, dan tidak berdomisili diwilayah itu.

Dengan mendapat gaji paling tinggi sekitar Rp 1 Juta. Jumlah tersebut, berdasarkan Standar Biaya Umum (SBU) Pemda Parigi Moutong. Hampir dapat dipastikan dengan kalkulasi sederhana, jika para pahlawan tanpa tanda jasa yang bertugas pada sejumlah wilayah terpencil daerah ini dan tidak tinggal menetap di wilayah tersebut, tidak dapat menikmati hasil keringatnya disetiap bulan.

Hal itu, karena tingginya ongkos operasional akibat kondisi jalan yang hampir tidak ditemukan setitik curahan aspal.

Meski hanya sendri mengajar pada mata pelajaran agama Islam. Namun, Rawi ternyata, tidak sendri berstatus sebagai guru honor.

Bersama Delapan rekannya, Rawi bertahan untuk mencerdaskan anak bangsa diwilayah pedalaman. Meski setiap bulan, mereka hanya berharap gaji dari Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

“Pokoknya, Kami hanya berharap gaji dari Dana BOS itu saja. Tidak ada tunjangan lain-lain,” terangnya, dengan nada tegar.

Pendidikan ku sayang, Guruku malang’. Seperti itulah ungkapan yang tepat bagi sejumlah guru honor pada wilayah pedalaman Indonesia. Khususnya, wilayah Kabupaten Parigi Moutong.

Parahnya lagi, berdasarkan hasil penelusuran media ini, tahun 2021 merupakan tahun dimana Pemerintah Daerah (Parigi Moutong). Seharusnya mengedepan dunia pendidikannya sesuai dengan RPJMD Parigi Moutong tahun 2019-2023.

Pemda Parigi Moutong Penting Beli Mobil Operasional Tamu, Ketimbang Pedulikan Nasib Guru Honor Daerah Terpencil?

Alih-alih masih dalam suasana pandemi Covid-19, disinyalir kuat menjadi alasan pihak Pemda Parigi Moutong yang seakan tidak begitu peduli dengan landasan pembangunan daerah yang telah tersusun tersebut.

Hal tersebut seperti pemberitaan media ini sebelumnya, perihal belanja proyek pengadaan kendaraan operasional tamu Pemda yang tertenderkan pada awal Mei 2021.

Padahal, pemerintah pusat telah menekankan agar Pemda dapat mengoptimalkan belanja APBDnya pada prioritas kegiatan atau pun program yang ada pada OPD.

Khususnya, kegiatan atau program yang dapat mendukung kesehatan maupun kestabilan ekonomi warga. Terus, apa penting dan kaitannya belanja kendaraan mobil operasional tamu Pemda dengan RPJMD Parigi Moutong tahun 2021, ditengah Pandemi Covid-19?


Eksplorasi konten lain dari kabarSAURUSonline.com

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

banner 970x250