Parigi Moutong, kabarSAURUSonline.com – TBM Angkringan Literasi, adalah salah satu lembaga Taman Bacaan Masyarakat yang terletak di Kelurahan Kampal. Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong.
Masa Pandemi COVID-19, turut berdampak ke sejumlah sekolah di Parigi Moutong. Hal tersebut, turut untuk tidak melakukan aktivitas belajar mengajar secara tatap muka. Akibatnya, sejumlah anak-anak usia sekolah dasar, lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah dengan bermain.
Bermula dari kesulitannya merasakan istirahat untuk tidur pada siang hari, akibat halaman rumahnya menjadi tempat bermain, puluhan anak-anak yang notabene adalah tetangganya.
Adalah Edy Joko Waluyo, seorang warga Kelurahan Kampal berasal dari Jemberana Bali, akhirnya tergerak untuk menggagas pembentukan TBM Angkringan Literasi tersebut.
“Waktu itu, karena anak-anak rame bermain, mereka lari-lari di sekitar halaman rumah saya. Sehingga saja jadi susah untuk istirahat. Saya berfikir, cara yang tepat untuk membuat mereka tenang dengan mengajak mereka membaca,” ujar Edy Joko Waluyo, kepada media ini, Jumat (26/3).
Ia mengatakan, Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Parigi Moutong, sebagai wadah pertama yang memberikannya kesempatan agar bisa memperoleh puluhan eksemplar buku bacaan anak.
Ia mengaku, bantuan dari FTBM Parigi Moutong itu, ia dapatkan dari hasil postingan akun pribadinya melalui platform sosial media Facebook.
“Awalnya saya posting di Facebook, siapa yang berkenan memberikan pinjaman buku bacaan anak, atau mau langsung menumbangkan ke saya. Alhamdulillah, FTBM Parigi Moutong yang memberikan respon pertama. Kemudian diikuti TBM Soumpelava. Terus, ada donasi buku dari pihak Grand Mitra Hotel. Saat ini sudah ada juga bantuan pinjaman buku ke TBM Angkringan Literasi saya, dari Dinas Perpustakaan Kabupaten Parigi Moutong,” terangnya.
Edy Joko Waluyo sendri, memang cukup familiar bagi sebagian warga Parigi Moutong. Khususnya, mereka yang aktif menggunakan media sosial Facebook. Pasalnya, nama akun facebook Edy Joko W (Akun resmi milik Edi Joko Waluyo), hampir setiap saat memposting sejumlah informasi yang bersifat sosial.
Seperti postingan orang yang sedang membutuhkan darah. Beranda Facebooknya, hampir sering di temukan postingan tersebut. Baik itu atas inisiatifnya sendiri, maupun ditandai oleh teman-teman dunia maya (Dumai)nya.
Sempat Jadi Sukarelawan ACT, Sebelum Membuka TBM Angkringan Literasi
Bukan hanya itu, penggagas TBM Angkringan Literasi ini, seakan ingin membuktikan kepada warga warganet, bahwa sosial media bisa memiliki fungsi positif. Khususnya, di pergunakan untuk membantu sesama.
Seperti yang sempat ia lakukan pada saat Kabupaten Parigi Moutong, menjadi salah satu daerah terdampak bencana gempa bumi menghantam Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 silam. Bukan hanya guncangan bumi yang dahsyat, saat itu dirasakan warga Sulawesi Tengah. Tapi juga, bencana likuifaksi dan tsunami, menghantam Kabupaten Sigi, Kota Palu, dan Donggala saat itu.
Sedangkan, di Kabupaten Parigi Moutong saat itu, tercatat ribuan rumah roboh akibat gempa bumi. Puluhan warga meninggal dan puluhan ribu jiwa warga yang sempat melarikan diri untuk mengungsi.
Lagi-lagi, dalam kondisi saat itu, postingan-postingan Edy Joko Waluyo melalui akun Facebooknya, mampu untuk mendorong sejumlah warganet menyalurkan bantuan ke wilayah Kabupaten Parigi Moutong. Saat itu, sekitar dua tiga pekan pasca bencana, sejumlah daerah luar pulau Sulawesi, lebih terfokus menyalurkan bantuan mereka ke wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala.
Berbekal rasa kemanusiaannya, pendiri TBM Angkringan Literasi ini, secara mandiri melakukan pendataan kesejumlah titik pengungsian warga Parigi Moutong, yang sulit terjangkau dan belum mendapat bantuan.
Meskipun tidak sedikit yang ‘gerah’ dengan postingan hasil pendataannya yang secara mandiri, pada akun Facebooknya. Namun, hal itu ternyata berhasil ‘membuka mata’warganet saat itu, jika Kabupaten Parigi Moutong turut menjadi daerah yang terdampak yang cukup parah.
Puncaknya, berkat postingan-postingannya saat itu, Edy Joko Waluyo berhasil membuat salah satu organisasi kemanusiaan yang cukup besar di Indonesia, yaitu Aksi Cepat Tanggap (ACT) terjun melakukan intervensi penanganan dampak bencana di Kabupaten Parigi Moutong.
ACT pun, sempat mempercayakan Edi Joko Waluyo, sebagai ketua posko wilayah Parigi Moutong pada bencana Sulteng lalu. Namun, jabatan tersebut ditolaknya dan memilih untuk menjadi sukarelawan.
“Saya menolak jadi ketua, justru saya lebih memilih untuk tidak menduduki jabatan apapun. Sampai akhirnya, saya tepaksa juga harus menjabat sebagai sekretaris posko saat itu,” tandasnya.
Eksplorasi konten lain dari kabarSAURUSonline.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.