Parigi Moutong, kabarSAURUSonline.com – Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kabupaten Parigi Moutong melalui Bidang Sosial Budaya mengatakan penanganan stunting tahun 2021 telah masuk pada tahapan analisis situasi, yang dilihat berdasarkan masalah di tiap wilayah.
Kepala Bidang Sosial Budaya Bappelitbangda Parigi Moutong, Sahid Badja menyampaikan hal itu saat redaksi kabarSAURUS menyambangi ruang kerjanya, Selasa (16/03).
“Jadi, pada analisis situasi yang dilaksanakan bulan November dan Desember kemarin, kami sudah turun di beberapa desa lokus stunting tahun 2020 untuk melakukan evaluasi dan berhasil mendapatkan beberapa data hasil penanganan stunting tahun 2020,” ungkapnya.
Ia mengatakan, hasil analisis yang mereka lakukan bersama dengan tim ahli dari Universitas Tadulako (Untad) telah mencatat beberapa desa dari 36 desa yang akan menjadi lokus tahun 2021 ini.
Adapun 36 desa yang menjadi lokus stunting Kabupaten Parigi Moutong tahun 2021 tersebar di sembilan kecamatan yakni, Kecamatan Moutong, Sausu, Ongka Malino, Lambunu, Tomini, Palasa, Tinombo, Sidoan dan Kecamatan Tinombo Selatan.
Ia menjelaskan, di Kecamatan Moutong ada delapan desa yang tercatat sebagai daerah stunting. Untuk itu, pihaknya akan melakukan penanganan sesuai dengan ciri khas pada wilayah masing-masing sehingga tindakan yang dilakukan pun sesuai dengan masalah pada wilayah itu sendiri.
“Yang dilihat itu baduta (anak di bawah dua tahun) dan ibu hamil. Misalnya ibu hamil yang kekurangan energi kronis. Sedangkan untuk baduta dilihat dari kelengkapan gizi, asupan gizi, serta berat dan tinggi badannya,” ujarnya.
Ia menambahkan, setelah analisis itu, pihaknya menginput data ke aplikasi offline Kemendagri yang mana pada aplikasi tersebut akan terlihat daerah mana saja yang darurat stunting berdasarkan warnanya sehingga dapat diketahui desa mana yang perlu ditangani yang atau perlu diwaspadai.
“Warna merah berarti perlu penanganan, dan warna orange perlu perhatian, jangan sampai ke merah. Kalau warna kuning, itu perlu penanganan khusus jangan sampai meningkat lagi. Sedangkan warna hijau itu juga perlu penanganan, agar supaya dia tidak meningkat ke kuning,” katanya.
Terkait dengan hasil analisis, Sahid Badja mengaku sudah menerima beberapa masukan dan rekomendasi dari tim ahli Untad.
“Hasil tersebut akan kami laporkan pada setiap kegiatan rapat seperti rapat koordinasi dan rapat teknis,” tutupnya.
Eksplorasi konten lain dari kabarSAURUSonline.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.