Bencana Sulbar, Mengukir Cerita Warga Sebelum Gempa

Bencana Sulbar, Mengukir Cerita Warga Sebelum Gempa
Upaya Evakuasi Korban Bencana Gempa Bumi Provinsi Sulawesi Barat, yang tertimpa Reruntuhan bangunan. Sumber Foto : Republika
banner 468x60

Mamuju, kabarSAURUSonline.com – Kala itu, Kamis (14/1) sebelum terjadinya Gempa 6,2 SR. Warga korban bencana Sulbar mengukir sejumlah cerita saat peristiwa memiluhkan tersebut.

Peristiwa yang sama sekali tak terduga dari warga setempat, karena waktu itu aktifitas warga berjalan seperti biasanya. Bahkan, tanda-tanda akan terjadinya gempa hebat tersebut hampir tidak terdeteksi. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tak megumandangkan informasinya akan adanya gempa.

Bacaan Lainnya
banner 336x280

Hingga, warga Sulbar terlena dengan aktifitas kesehariannya. Padahal, ada ancaman besar sudah berencana menimpa mereka dari balik bukit-bukit kecil Bumi Manakarra.

Melansir dari Fakta79.net dan Paceko.com, perbincangan terkait bencana gempa bumi di seluruh daerah, hampir tidak terdengar dalam argumen masyarakat.

Namun, yang masih hangat dalam perbincangan warga saat itu adalah keprihatinan bencana banjir bandang di kabupaten Polewali Mandar.

Menjelang sore harinya sekitar pukul 14.35 Wita warga setempat sontak geger dengan goyangan gempa bumi berkekuatan 5,9 SR. Warga pun panik. Meski, pada waktu itu aktifitas warga masih terbilang normal dan belum menimbulkan dampak kerusakan serta korban jiwa.

Ayunan bumi tersebut terdeteksi melalui informasi lembaga berkompoten, ternyata berpusat di kabupaten Majene Provinsi Sulbar.

Menoleh keperistiwa Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah 28 September 2018 silam. Warga sekitaran pesisir pantai Provinsi Sulawesi Barat, memilih menyelamatkan jiwa di dataran tinggi.

“Warga takut tsunami. Secara psikis, memang ini tidak bisa terhindarkan. Sebagian mereka berpendapat kalau gempa terjadi, berarti berikutnya tsunami,” ungkap Kepala Desa Taan, Kecamatan Tapalang, Rahmat Kasim.

Bahkan bukan hanya itu, seorang warga Kecamatan Malunda, Suaib mengatakan, saat sebelum gempa Ia mendengar suara seperti ledakan bom di tengah lautan. Namun, Ia tidak menyangka jika ternyata suara itu biang penyebab terjadinya gempa siang itu. Beberapa saat kemudian, setelah suara ledakan itu berlalu, goyangan sangat hebat pun terjadi.

“Saya sementara naik motor pak. Saya dengar suara meledak di laut seperti bom. Beberapa saat kemudian terjadilah gempa. Saya hampir terjatuh, saya kira ban motor kempes,” ujar warga Dusun Tanisi, Mekkatta Selatan, Kabupaten Majene.

Bencana Sulbar, Warga Panik Pasca Pengumuman BMKG Keluar

Dalam kondisi masyarakat yang panik tersebut, BMKG mengumumkan jika pusat gempa 5,9 SR berpusat di Majene dan tidak berpotensi tsunami. Namun oleh BMKG, warga hanya diminta untuk waspada terhadap gempa susulan. Sayangnya, BMKG tidak mempertegas interval waktu berapa jam perkiraan gempa susulan akan terjadi.

Setelah itu, aktifitas warga pun kembali berjalan normal hingga malam harinya. Nyaris, tak ada ketakutan dan kepanikan dan semua berjalan seperti biasa. Apalagi, BMKG sudah merilis jika gempa 5,9 SR tersebut sama sekali tidak berpotensi tsunami. Warga Sulbar pun kembali tenang, bahkan tidak ada yang menyangka kalau gempa susulan akan terjadi pada malam harinya.

Dini hari, Jumat 15 Januari 2021 pukul 02.28 Wita, warga yang dalam buayan mimpi indah itu, kembali terkejut dengan goyangan besar Bumi Manakarra. Gempa susulan yang sama sekali tidak terpredisikan tersebut, benar-benar lebih dasyat dari pada gempa Kamis menjelang sore. Warga panik dan berlarian. Lagi-lagi, mencari tempat ketinggian. Pengungsian besar-besaran pun terjadi, hingga suasana menjadi mencekam kala itu.

Lalu lalang kendaraan dengan klakson bersahutan menjadi sangat riuh. Semua warga meninggalkan rumah dengan raut wajah  ketakutan. Beberapa bangunan rubuh, jalan-jalan ada yang retak dan menganga, tiang listrik tumbang dan listrik pun padam. Tak ada satu pun warga yang berani memilih tinggal di rumah mereka.

Sementara pihak BMKG menyebut, Bencana gempa yang terjadi di Sulbar yang berdampak bagi Kabupaten Mamuju dan Majene bertipe Foreshock, Mainshock dan Aftershock.

Foreshock adalah tipe gempa pembuka, Mainshock tipe gempa utama dan Aftershock tipe gempa susulan.

Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, gempa yang terjadi pada Kamis (14/1) sekitar pukul 14.30 Wita berkekuatan 5,9 SR merupakan gempa pembuka. Termasuk kata Ia, rentetan delapan kali gempa saat itu, hingga gempa susulan Jumat (15/1) dini hari.

banner 336x280

Eksplorasi konten lain dari kabarSAURUSonline.com

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.