Oleh : Bashar Badja/Ahmad Nur Hidayat (Yoel Lape)
Palu, KabarSAURUS.COM – Renovasi sejumlah gedung Untad sampai saat ini masih terus berjalan, meski pihak BPPW Sulawesi Tengah diperhadapkan pada beberapa persoalan yang cukup kompleks.
Dampak bencana 2018 menimpa Kota Palu, Sigi, Donggala dan Parigi Moutong menyisakan kenangan pahit bagi masyarakat di Sulawesi Tengah.
Berbagai gedung milik Pemerintah maupun masyarakat ‘lululantah’ dihantam bencana yang cukup dasyat pada 28 September 2018 lalu.
Meski proses pemulihan masyarakat Sulawesi Tengah terbilang cukup cepat. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan pemulihan sejumlah infastrukturnya. berbagai kendala ternyata dihadapi pemerintah dalam upaya mengembalikan wajah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah.
Seperti yang terjadi pada Universitas Tadulako (Untad). Sejumlah bangunan universitas negeri kebanggaan masyarakat Sulawesi Tengah ini banyak mengalami kerusakan. Baik kerusakan ringan, sedang maupun berat.
Ditemui sejumlah awak media diruang kerjanya belum lama ini, Kepala Balai Prasarana Pemukiman Wilayah (BPPW) Sulawesi Tengah, Ferdinan Kana’lo, mengatakan, sejumlah kegiatan pekerjaan di Untad terus dilaksanakan.
“Tiga jenis kerusakan ada di Untad, dan kita menanganinya berdasarkan skala prioritas yaitu, perbaiki dulu rusak ringannya, supaya bisa dijadikan ruang kelas. Kan, itu sudah ada yang selesai dikerjakaan,” ujarnya.
Renovasi Sejumlah Gedung Untad Temui Beberapa Persolan
Dia mengakui, dalam hal rehabilitasi sejumlah infrasrtuktur untuk mengembalikan wajah ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah. pihaknya kerap kali diperhadapkan dengan berbagai situasi sulit.
Dia menuturkan, penanganan sejumlah infrastruktur yang ditangani pihaknya di Untad bukan perkara yang mudah.
Selain persoalan terkait aturan kata dia, pihak juga sering diperhadapkan dengan persoalan sosial.
“Ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Misalkan harus ada uji forensik terlebih dahulu untuk memastikan kelayakan struktur tanah,” ungkapnya.
Lanjut dia, sumber daya tenaga berkoompeten dan penganggaran juga menambah rentetan kompleksnya persoalan renovasi gedung Untad didalam lingkup pihaknya.
Dia mencontohkan, keberadaan konsultan yang ada dengan lingkup kerja yang cukup luas. Sementara itu, upaya penambahan konsultan pun telah dilakukan. Namun, keberadaannya belum bisa berfungsi secara efektif
“Kita sudah upayakan dengan mengikat kontrak. Tapi belum bisa berfungsi efektif karena alokasi anggaran DIPA kita belum cukup,” terangnya.
Selain itu sebut dia, persoalan sosial yang harus dihadapi seperti Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) serta tidak adanya Master Plan yang di pegang pihak Untad saat ini, juga menjadi salah satu faktor penghambat.
Dia menuturkan, kisruh pembangunan di Untad sama seperti yang terjadi di Kelurahan Tondo dan Kelurahan Talise.
“Secara hukum, soal tanah sudah selesai, hanya saja masih ada persoalan sosial yang muncul dari masyarakat. Bersyukur, Pemkot Palu telah menemukan sulusinya,” jelasnya.
Ditargetkan, renovasi gedung di Untad dapat selesai paling lambat tahun 2021 nanti.
“Kalau tahun lalu kita temui jalan buntu untuk berbuat. Mau kesini Amdal tidak ada, mau kesana Master Plannya tidak ada. Urusan di Palu adalah urusan kita bersama, tidak ada yang lalai. Kalau Cuma minta Balai yang urus semua itu susah,” tegasnya.
Diketahui kegiatan renovasi gedung Untad tahun 2019 lalu, pihak BPPW telah menyelesaikan sebanyak 51 bangunan rusak ringan.
Sedangkan, sejumlah kegiatan pembangunan gedung serbaguna, renovasi gedung Untad sementara dalam proses lelang.
“Ada sepuluh pembangunan gedung serbaguna. Sembilan gedung totalnya bernilai sekitar Rp 80 miliyar. Sedangkan 2 gedung bernilai sekitar Rp 20 miliyar,” tutupnya.
Eksplorasi konten lain dari kabarSAURUSonline.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.