NASIONAL, kabarSAURUSonline.com – Kementerian Pertanian (Kementan) menjalankan tiga strategi menghadapi krisis pangan global, karena pembangunan pertanian saat ini sedang dihadapkan pada berbagai masalah.
Demikian kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, saat menghadiri Rapat Kerja Komisi IV DPR RI bersama Menteri Pertanian, di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (31/08) melansir pertanian.go.id.
Strategi pertama, meningkatkan kapasitas produksi untuk komoditas yang mengendalikan inflasi, seperti cabai dan bawang. Lalu, peningkatan kapasitas produksi juga akan dilakukan untuk menekan impor.
“Untuk menekan impor maka kita akan tingkatkan kapasitas produksi kedelai, gula tebu, dan daging sapi,” ujar Mentan Syahrul.
Strategi kedua, Kementan akan mengembangkan komoditas-komoditas yang dijadikan sebagai subtitusi impor.
Untuk pengganti gandum, Kementan akan mendorong budidaya ubikayu, sorgum, dan sagu. Sementara untuk gula tebu, akan difokuskan untuk mengembangkan gula non tebu, seperti stevia, aren, dan lontar.
“Untuk pengganti daging sapi, kita akan kembangkan daging kambing, domba, itik, dan ayam lokal,” sebutnya.
Sementara strategi ketiga yang akan dilakukan adalah peningkatan ekspor. Komoditas-komoditas yang akan diprioritaskan adalah sarang burung walet, porang, ayam, dan telur.
Diakui Syahrul, tantangan yang dihadapi saat ini memang luar biasa sehingga diperlukan kerja sama semua pihak.
“Tantangan pertanian kedepan tidak ringan. Tahun 2023 itu menurut International Monetary Fund (IMF) dan Bapak Presiden Jokowi bahwa yang akan dihadapi adalah bukan sesuatu yang biasa-biasa saja,” imbuh Syahrul.
Indonesia disebut Syahrul, baru saja mendapatkan penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) atas ketangguhan sistem pangan dan pertanian dalam menghadapi tantangan yang tidak biasa.
Indonesia juga mendapat pengakuan atas keberhasilannya mencapai swasembada beras selama tiga tahun terakhir.
“Penghargaan itu merupakan pengakuan terhadap capaian kinerja selama ini dan sekaligus menjadi penyemangat kita dalam hadapi krisis pangan global,” pungkas Syahrul.
Karena diketahui, saat ini dunia sedang dihadapkan pada pandemi covid-19 yang belum kunjung usai, climate change, serta kondisi geopolitik dengan adanya perang antara Rusia dan Ukraina.
Melansir dari https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=5024
Eksplorasi konten lain dari kabarSAURUSonline.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.