NASIONAL, kabarSAURUSonline.com – Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) adakan program Desa Mandiri Peduli Mangrove yang melibatkan masyarakat, melansir antaranews.com.
“Dengan Desa Mandiri Peduli Mangrove, kami berusaha menghubungkan antara model partisipasi berbasis kelompok kerja yang dihubungkan dengan desa,” kata Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRGM, Myrna Safitri.
Dengan program itu kata ia, terus didorong integrasi kegiatan rehabilitasi mangrove ke dalam rencana pembangunan desa, termasuk juga pengaturan kelembagaan di tingkat desa.
“Sudah 220 desa yang terlibat dalam Program Desa Mandiri Peduli Mangrove sampai dengan 2021 dengan penambahan direncanakan akan terus dilakukan pada tahun ini,” terangnya.
Sejak tahun lalu, BRGM telah merintis sekolah lapangan mangrove yang berfokus pada rehabilitasi untuk memperkenalkan masyarakat terkait ekosistem dan teknik penanamannya.
Sekolah lapangan kedua dengan tematik berada di wilayah tambak diarahkan ke sosialisasi tambak ramah lingkungan.
BRGM juga berencana akan memulai pengenalan untuk pengembangan ekonomi kepada masyarakat dengan produk-produk yang berbasis ekosistem mangrove dalam bentuk peningkatan kapasitas, bantuan ekonomi produktif sampai kepada akses pasar.
BRGM ditargetkan melakukan rehabilitasi di lahan seluas 600.000 hektare (ha) hingga 2024 di sembilan lokasi prioritas.
BRGM pada 2021 telah melakukan rehabilitasi di wilayah seluas 34.911 ha dari 33.000 ha yang menjadi target untuk tahun lalu.
Indonesia sendiri memiliki lahan mangrove seluas 3.364.080 ha, menurut data Peta Mangrove Nasional (PMN) 2021.
Jumlah itu terdiri dari 2.661.281 ha yang berada dalam kawasan dan 702.799 ha yang di luar kawasan dengan berbagai varian tutupan mulai dari kondisi baik sampai rusak.
Jumlah itu memperlihatkan peningkatan dibandingkan 2013-2019 yang mencatat luasan 3.311.207 ha.
“Untuk mencapai target tersebut, peran masyarakat sangat penting untuk melakukan rehabilitasi mangrove karena pada akhirnya akan berkontribusi terhadap upaya pengurangan risiko bencana di wilayah pesisir,” ungkapnya.
Untuk diketahui, posisi Indonesia di wilayah Cincin Api Pasifik, menjadikannya rawan terjadi bencana alam seperti gempa, tsunami dan gunung meletus.
Laporan yang dipublikasikan Badan PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (United Nations Office for Disaster Risk Reduction/UNDRR) Asia-Pasifik pada 2020 menyatakan bahwa ekosistem mangrove dapat menjadi penyangga untuk menghadapi, mencegah dan mengurangi dampak bencana alam terhadap manusia dan infrastruktur.
“Ekosistem di pesisir seperti mangrove memberikan perlindungan dari badai, banjir dan tsunami,” kata laporan bertajuk Ecosystem-Based Disaster Risk Reduction, Implementing Nature-based Solutions for Resilience.
Mangrove dapat menurunkan dampak karena menjadi pelindung dari hantaman gelombang laut dan meningkatnya permukaan air laut dengan sistem akarnya yang kokoh mampu melindungi ekosistem pesisir dari erosi.
Masih dari sumber yang sama, Direktur Program Kelautan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Muhammad Ilman juga menekankan pentingnya mangrove sebagai salah satu faktor kunci menghadapi bencana alam di daerah pesisir.
“Mangrove telah terbukti berperan dalam upaya mitigasi dan mengurangi dampak bencana alam di pesisir,” jelas Ilman.
Ia memberi contoh tsunami pada 2004, wilayah di Aceh dengan mangrove atau hutan pantai yang relatif asri memiliki tingkat kerusakan yang lebih kecil jika dibandingkan wilayah lain di provinsi itu yang tidak memiliki “perisai” hijau tersebut.
“Relevan sekali kalau dilakukan restorasi mangrove sesegera mungkin, jangan ditunda lagi, untuk melindungi pesisir Indonesia dari bencana,” tegasnya.
Eksplorasi konten lain dari kabarSAURUSonline.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.