Palu, KabarSAURUSonline.com – Ketegaran penyintas bencana PASIGALA jelang tiga tahun bencana ini, merupakan tulisan salah seorang Mahasiswi semester II Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang.
Melansir dari Portalsulawesi.id, tulisan Mahasiswi Universitas Malah ini, bercerita tentang bencana gempa bumi, Tsunami dan Likuifaksi pada 28 September 2018 silam, hingga pasca benca tersebut.
Bencana yang menghantam Satu Kota dan Tiga Kabupaten wilayah Sulawesi Tengah ini pun, membuat bencana tersebut dikenal juga dengan bencana alam Pasigala.
Pasigala sendiri, merupakan gabungan potongan nama dari Empat daerah yang mengalami bencana alam saat itu, yakni Kota Palu, Kabupaten Sigi, Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Donggala. Saat itu, Pasigala menjadi pusat perhatian dunia akibat bencana alamnya.
Mulai dari organisasi kemanusiaan dunia, LSM dari berbagai negara hingga pemerintah negara luar silih berganti mendatangkan bantuan berbagai bentuk, bagi korban bencana alam di Pasigala.
” …. Langit di ufuk barat Kota Palu tampak merah jelang terbenam,mendung menghiasi angkasa kala itu,saat dimana terjadi Tragedi memilukan yang menjadi peristiwa kelam ditanah kelahiranku, Bumi Tadulako .”
Hari itu,tanggal 28 September 2018, Kota Palu bersiap melaksanakan Festival Palu Nomoni. Festival Budaya yang menjadi agenda tetap Kota Palu setiap memasuki hari lahirnya, pelaksanaanya dipusatkan di Anjungan Pantai Talise tepatnya dipesisir teluk Palu dikelurahan Talise Kecamatan Besusu Tengah Kota Palu.
Masyarakat disekitar Kota Palu beduyun-duyun masuk Kota Palu,Para Pedagang berebut tempat strategis untuk menggelar Dagangannya,Penginapan dan Hotel Penuh sesak dengan para wisatawan baik Lokal maupun dari luar Palu hadir dalam rangka menyaksikan puncak acara Palu Nomoni.
Untung Tak Dapat Diraih, Malang Tak Dapat Ditolak.
Sore itu,sekira Pukul 18.06 terjadilah sebuah bencana maha dahsyat yang membuat dunia serasa kiamat, Guncangan Gempa melanda Sulawesi Tengah. Getaran Gempanya terasa hingga ke Pulau kalimantan dan wilayah lain di pulau Sulawesi.
DiKota Palu dan Kabupaten Donggala selain Gempa Bumi juga terjadi Tsunami yang melanda pesisir teluk Palu dan Donggala,bahkan di wilayah Kelurahan Petobo dan Kelurahan Balaroa terjadi bencana Maha Dhasyat yakni Likuifaksi yang menenggelamkan ribuan rumah dan mengubur ribuan warganya.
Dikabupaten Sigi pun. demikian. Di desa Jono Oge Kecamatan SigiBiromaru dan Desa Sibalaya Kecamatan Gumbasa ribuan rumah dan warga ikut tertelan pusaran bumi yang tiba tiba menggulung pemukiman.
Tanah yang dahulunya keras tiba tiba mencair dan kehilangan daya dukung akibat guncangan Gempa,akibatnya semua yang ada di atas tanah Petobo,Balaroa,Jono Oge hingga di Sibalaya tertelan Bumi dan terkubur. Ribuan orang dipastikan tewas, angka korban jiwa mencapai seribuan orang dan jasad yang tidak ditemukan diperkirakan lebih banyak lagi.
Korban Tsunami pun, ribuan warga yang bersiap menikmati acara Palu Nomoni harus menerima kenyataan meregang nyawa digulung Tsunami,tidak sedikit korban tewas akibat tertimpa reruntuhan Gedung dan infrastruktur yang rubuh,bahkan tertimpa phon ataupun terhimpit rekahan Tanah.
Dalam catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis Angka 7,4 pada Skala Richter pada Pukul 18.02 Wita untuk guncangan puncak kala itu, getaran Gempa hanya terjadi beberapa detik telah meluluhlantakkan ibukota Propinsi Sulawesi tengah,Kota Palu serta dua Kabupaten disekitarnya yakni Kabupaten Donggala dan Sigi.
Lima menit kemudian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis peringatan tsunami. Lembaga itu mewanti-wanti gelombang laut akan mencapai 0,5 sampai tiga meter. Antara tiga hingga enam menit berikutnya Kota Palu diterjang ombak setinggi enam meter.
Masyarakat setempat hanya punya waktu 10 menit, dari saat gempa mengguncang sampai tsunami menerpa, untuk melarikan diri ke tempat tinggi.
Dalam catatan resmi yang dilansir Badan Meteorologi dan Geofisika Pada pukul 18.02 WITA, bencana terjadi. Tanah yang mereka injak tiba-tiba berguncang kuat, jalan-jalan terbelah seperti ombak, dan bangunan-bangunan ambruk.
Gempa berkekuatan 7,4 pada skala Richter telah melanda Palu di Sulawesi Tengah. Gempa ini bukanlah yang pertama, tapi inilah yang terkuat.
Ikon Kota Palu,Jembatan Palu IV atau sering disebut Jembatan Ponulele ambruk,patah menjadi ratusan potong. Mall Tatura ,pusat perbelanjaan sepanjang jalan Palu Grand Mall roboh.
Hotel mewah yang berdiri dipesisir pantai teluk Palu pun menjadi sasaran Tsunami,sebutlah Hotel Mercury, Swissbell Hotel,Palu Golden Hotel,Total Hotel dan lain lain.
Bahkan di Hotel Roa-Roa diseputaran kelurahan Maesa Kota palu rata dengan tanah,disana ada sejumlah atlet Nasional Paralayang yang tewas terkubur.
Rumah sakit Anutapura yang berlantai empat pun luluh lantak, ribuan pasien yang terluka parah memenuhi beberapa rumah sakit yang masih beroperasi walaupun dalam keadaan gelap gulita.
Listrik dan Saluran Komunikasi putus,jaringan Internet dan transportasi lumpuh. Kota Palu,Sigi dan Donggala lumpuh Total dan menjadi Kota Mati yang mencekam.
Menurut Muhamad Sadly, Deputi Bidang Geofisika BMKG, gempa bumi yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah terjadi akibat aktivitas Sesar Palu Koro. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa gempa tersebut muncul sebagai akibat pergeseran lempeng secara mendatar.
Tumbukan antar lempeng inilah yang menyebabkan pelepasan energi dalam jumlah besar dan menimbulkan getaran gempa hingga terasa ke permukaan. Selain itu, karena sifatnya yang berupa gempa dangkal, dampak getaran gempa sangat terasa di permukaan, bahkan sampai menimbulkan tsunami.
Hari hari pasca 18 September 2018 itu ,wilayah Pasigala menjadi gelap gulita. Putusnya aliran listrik membuat para pengungsi harus tidur beralaskan tanah dan beratapkan langit, kekurangan bahan makanan dan air bersih hingga obat obatan.
Sesekali Guncangan Gempa masih terasa, para penyintas bencana memilih tempat aman untuk mengungsi. Tidak adalagi sekat antara kaya dan miskin,antara orang kaili ataupun orang bugis atau suku lain, antara muda ataupun tua.
Semua berbaur dalam lokasi pengungsian, ribuan warga Palu, Sigi dan Donggala mendirikan tenda darurat ,bahkan ada yang memilih tidur dan mengungsi disekitar kuburan bahkan kandang ternak.
Gelombang Eksedus pengungsi juga terjadi di akses keluar Kota Palu,Sigi ataupun Donggala. Ribuan warga memilih mengungsi kewilayah diluar Sulteng untuk memberi rasa aman bersama Keluarganya yang selamat.
Krisis Sosial mulai melanda wilayah Pasigala, Krisis Air,Pangan ,sandang,Komunikasi bahkan BBM menambah panjang faktor kegelisahan penyintas bencana.
Petinggi Negara pun hadir,Presiden bahkan memerintahkan para menterinya untuk Fokus memberikan penanganan Khusus di wilayah Pasigala (Palu-Sigi dan Donggala).
Relawan dari seluruh Pelosok Negeri berdatangan baik lewat akses darat,laut maupun Udara, bahkan relawan manca negara datang membawa bantuan untuk Hadir Memeluk Sulteng.
Hanya tangisan dan khayalan yang dapat dirasakan malam itu. Perasaan kaget karena tidak sangka hal ini bisa terjadi secara tiba-tiba, belum lagi beberapa anggota keluarga yang tidak berkumpul di tempat yang sama, membuat perasaan semakin tidak bisa dijelaskan.
Di tempat pengungsian, para penyintas saling berbagi cerita upaya heroik menyelamatkan diri dan keluarga dari bencana tersebut, semata-mata untuk saling menguatkan.
Perjuangan untuk bertahan hidup diluar rumah dengan keadaan harus kehilangan banyak sanak saudara menjadi hal lumrah kalah itu. Beredar kabar bahwa ada penjarahan di minimarket dan SPBU di Palu, namun Mendagri Tjahjo Kumolo membantah berita itu dan memperbolehkan aksi tersebut. Toko banyak
yang rusak, dan makanan minuman banyak yang terbuang. Sebab itu, memang diambil begitu saja.
Lebih dari itu, Pemerintah Kota Palu memerintahkan Retail Alfamidi untuk membuka tokonya dan dibayarkan oleh Pemerintah
Hari demi hari harus tetap dijalani, hidup bersama ditenda pengungsian dengan banyak anggota dari banyak kepala keluarga menumbuhkan rasa solidaritas untuk saling menguatkan tiap harinya.
Disaat Sulit kala itu, Keberadaan radio Kecil menjadi harta satu satunya yang palin berharga karena dapat mendengarkan berita dan informasi dari Radio RRI terkait bencana,karena saat Bencana Melanda hanya Radio Republik Indonesia (RRI) Stasiun Palu lah yang dapat dipercaya memberikan Informasi benar diantara informasi Hoax yang beredar dimasyarakat pasca bencana.
Seminggu setelah bencana, beberapa yang rumahnya masih layak untuk ditinggali akhirnya kembali ke rumah walau tidur hanya diteras.
Rumah Kami yang mengalami kerusakan berat memaksa kami untuk tetap tinggal di tenda pengungsian dengan banyak kekurangan.
Walaupun demikian bantuan dari berbagai pihak berangsur-angsur datang diberbagai daerah terdampak. Listrik mulai menyala dibeberapa tempat dengan bantuan genset. Banyak mata air yang digali dan masyarakat mengantri dengan jergen dan galon yang mereka bawa untuk menampung air. Hidup tetap berjalan dengan segala keterbatasan. Apalagi bagi wilayah yang akses daratnya terputus.
Sebulan setelah kejadian, kegiatan perekonomian mulai pulih, beberapa pegawai kantor mulai masuk walaupun tidak diwajibkan. Lebih dari 2.000 orang yang tercatat meninggal dunia dan ribuan orang lainnya masih hilang dan diduga telah tewas karena gempa bumi, tsunami, dan tanah longsor serta likuifaksi, suara sirene ambulans menjadi akrab ditelinga kami. Layanan utama untuk anak-anak termasuk sekolah dan pusat kesehatan masih belum bisa beroperasi. Transpotasi darat berangsur-angsur pulih sedangkan transportasi udara hanya pesawat Hercules yang diizinkan parkir di bandara mutiara Sulawesi tengah.
Namun begitu pemerintah masih berusaha sekuat tenaga dalam pemulihan pasca gempa ini.
Gempa palu menjadikan 10 video trendng teratas di platform youtube, terdapat banyak komentar positif namun tak sedikit pula komentar negative yang membuat kami para korban sedih melihatnya.
Hastag #palubangkit #palukuat menjadi trending di beberapa platform media.
Tidak sedikit juga bantuan terkumpul dari relawan-relawan dari luar dan dalam negri. Bantuan-bantuan mulai di sebarkan ke masing- masing daerah terdampak, sedangkan daerah yang transportasi daratnya masih belum bisa diakses penyaluran bantuan di kirim melalui jalur udara dengan helicopter.
Untuk mengisi waktu luang anak-anak beberapa relawan kesehatan rutin melakukan trauma healing, guna menghibur sekaligus menyembuhkan trauma akan bayang-bayang yang dirasakan hari “itu”.
Tak terasa,hampir tiga tahun kami melewati hari hari Pasca Bencana, Upaya para Relawan dan Pemerintah untuk datang membantu pemulihan bencana di Palu-Sigi dan Donggala (Pasigala) terlihat banyak kemajuan, Kehidupan mulai Normal dengan ditandai aktivitas masyarakat yang mulai berjalan dengan baik.
Hastg #Palu Bangkit,Palu Kuat adalah sebuah suport yang menggerakkan naluri setiap warga Penyintas bencana, mereka bangkit dari keterpurukan akibat didera bencana berlahan tapi pasti.
Usaha semua fihak yang datang memeluk Palu ,Sigi dan Donggala kala masa sulit Pasca bencana berhasil,saat ini Roda Kehidupan di Palu,Sigi dan Donggala telah berangsur angsur Pulih sesuai Hastag
#PALU KUAT,PALU BANGKIT.***
***Penulis Adalah Siti Jilan Shaffiyah,Mahasiswa Semester II
Jurusan Hubungan Internasional (Nim:202010360311013)
Universitas Muhammadiyah Malang
Akun IG: @jilan.Shafiyyah
Eksplorasi konten lain dari kabarSAURUSonline.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.