Jakarta, kabarSAURUSonline.com – Saat ini, kader Partai Demokrat bak berada di persimpangan. Hiruk pikuk perebutan kursi Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat antara Agus Harimukti Yudoyono (AHY) dan Jendral Purn. Muldoko mengidentikkan sebuah permainan ‘Tarik Tambang’.
Pasalnya, kedua kubu tersebut masing-masing saling mengklaim keabsahan kepengurusan pusat partai besutan Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudoyono (SBY).
Persiteruan itu menarik perhatian semua pihak khususnya kader partai pada tingkatan bawah. Rasa bimbang menentukan arah pun bakal terbayang dalam fikiran para kader partai.
Sejumlah pernyataan pun muncul dari kedua kubu yang bersiteru. Bahkan, Dewan Pembina Partai Demokrat, SBY membuka suara. Dalam Mengutib pidato SBY dari akun yutube CNN Indonesia, ia menyatakan saat ini Demokrat dalam posisi berkabuh. Berkabuhnya partai tersebut kata SBY, karena akal sehat telah mati.
“Sebenarnya bukan hanya demokrat yang berkabuh. Namun bangsa Indonesia pun ikut berkabuh, karena akal sehat telah mati. Sementara keadilan, suplemasi hukum dan demokrasi sedang mendapat ujian,” sebutnya.
Bukan hanya itu, SBY pun melontarkan pernyataan bahwa Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang Sumatera Utara tidak sah atau abal-abal. Dengan tegas SBY menyatakan jika Jendral Purn. Muldoko yang notebenenya orang Istana, bukan kader Demokrat atau Eksternal partai yang merebut kepemimpinan partai dari tangan Ketum sah, AHY.
“Ketum AHY setahun yang lalu telah resmi oleh pemerintah. Kemudian sebulan lalu Ketum AHY telah mengirimkan surat kepada Presiden Jokowi tentang keterlibatan Muldoko dalam penggulingan Partai demokrat yang sah,” bebernya.
Perihnya lagi, SBY ungkap penyesalan dan rasa malunya pernah memberikan kepercayaan dan jabatan kepada Muldoko saat menjadi orang nomor satu di Negeri ini.
Megutib pidato Muldoko dari siaran video Tribunnews.com mengatakan, ia memberikan apresiasi kepada DPD, DPC, Pendiri dan para Senior yang telah berani memperjuangkan cita-cita Demokrat yaitu demokrasitis, terbuka dan modern.
“KLB ini adalah konstitusional seperti yang tertuang dalam AD/ART,” ungkap Muldoko.
Muldoko juga menyebut, perbedaan pendapat dalam proses pemilihan antara ia dan Marzuki Ali merupakan sebuah langkah demokrasi.
Mengutib lagi dari CNN Indonesia.com, cerita peserta KLB versi Muldoko. Gerald Piter Thomas bercerita awalnya pemilihan ketua umum berlangsung secara voting. Ketika pimpinan sidang menanyakan kepada para peserta siapa yang menjadi ketua umum, banyak peserta menyerukan nama Moeldoko.
Cerita Kegiatan KLB Demorat di Serang
“Kemudian ada pertanyaan lagi, siapa lagi yang bisa menjadi calon ketua umum? Para peserta berteriak Marzuki Alie. Tercatat oleh pimpinan sidang dalam hal ini Pak Jhoni Allen,” kata Gerald dalam video, Selasa (9/3).
Usai mendapatkan dua nama kandidat ketua umum, Gerald mengatakan, Jhoni Allen sebagai pimpinan sidang meminta peserta berdiri atau mengangkat tangan ke atas. Hal itu bertujuan sebagai penanda peserta memilih Moeldoko maupun yang memilih nama Marzuki Alie.
Akan tetapi, Jhoni Allen tiba-tiba mengetuk palu dan menyatakan bahwa Moeldoko yang terpilih sebagai ketua umum.
“Sementara Pak Moeldoko tidak ada di tempat KLB. Hanya ada Pak Marzuki Alie. Tapi (Moeldoko) sudah di tetapkan sebagai ketua,” kata dia.
Gerald mengaku heran Moeldoko bisa terpilih sebagai ketum meski tak berstatuskader Partai Demokrat baik di tingkat pusat maupun daerah.
Moeldoko sendiri mendapat pengesahan anggota Partai Demokrat melalui tata tertib yang berlaku dalam KLB Deli Serdang. Dalam pembacaan Pasal 20 poin 5 tata tertib KLB menyebutkan:
“Pembuktian anggota dan kader Demokrat dengan kartu tanda anggota dan atau kader yang baru masuk melalui KLB ini. Sehingga yang bersangkutan mendapat penetapan memiliki kartu tanda anggota Demokrat dengan nomor khusus,”
Lantas, Gerald mempertanyakan pihak yang menandatangani kartu tanda anggota Partai Demokrat milik Moeldoko. Dia juga menanyakan nomor anggota dari Moeldoko.
KTA Demokrat Muldoko, SBY Menandatangani
Gerald menjelaskan selama ini tanda tangan Kartu Tanda Anggota (KTA) oleh ketua umum partai dan sekjen partai. Ia juga menunjukkan KTA miliknya yang pembubuhan tandatangannya oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Hinca Panjaitan saat keduanya masih menjabat sebagai Ketum dan Sekjen Demokrat.
“Pak Moeldoko di anggap anggota Demokrat. Kartu anggotanya mana? Nomor kartu tanda anggotanya tidak ada, terus terpilih menjadi ketum, ini aneh,” ujar Gerald.
Gerald turut membeberkan kejanggalan lain di arena KLB ketika tidak ada registrasi bagi para peserta. Padahal, semua peserta yang hadir sudah mendapat kartu peserta bahkan lengkap dengan barcode.
Ia menilai kelonggaran itu membuat siapa saja boleh masuk ke KLB karena tidak ada registrasi mengatur secara ketat.
“Kita ini cuma pakai kartu peserta, masuk dalam ruangan kongres. Sementara ruangan kongres banyak. Orang yang ada di luar yang mau masuk kongres ya silakan masuk karena tidak ada registrasi. Masuklah orang-orang, terabsen, oleh masing-masing koordinator di daerah,” kata dia.
Eksplorasi konten lain dari kabarSAURUSonline.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.