Parigi Moutong, kabarSAURUSonline.com – Selama pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang menghantam Indonesia, pendapatan atau omset pedagang khususnya Pasar Sentral Parigi anjlok.
Hal itu disebabkan karena menurunnya daya beli masyarakat dan pengurangan aktivitas luar rumah untuk mencegah penyebaran wabah corona. Sehingga penerimaan retribusi pasar tidak stabil.
Demikian ungkapan Kepala Pasar Sentral Parigi Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah, Rozi Yulanto Tagunu kepada media kabarSAURUSonline belum lama ini.
Ia mengatakan, untuk pendapatan pasar menyangkut retribusi perhari bersumber dari pungutan pedagang. Atas pengunaan fasilitas pasar dan jenis penjualan serta penjagaan kebersihan.
Lanjut ia, total semua pedagang yang ada 656 orang, yang sudah tutup 75 orang. Sedangkan yang masih aktif berdagang sebanyak 581 orang. Sehingga penerimaan retribusi pasar menjadi tidak stabil.
“Sekarang ini pendapatan pasar menjadi tidak stabil, karena kadang konsumennya ada kadang juga tidak ada. Apalagi banyak konsumen yang sudah tidak aktif. Untuk pendapatan pasar perorang sebanyak 2000 termasuk pembersihan. Seribu untuk ke daerah dan seribu lagi untuk pembersihan,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, untuk pedagang yang menempati ruko, setiap dua tahun harus melapor ke Pemerintah Daerah. Tujuan memberikan laporan guna mengetahui apakah masih ingin melanjutkan kontrak atau berhenti.
Pandemi Virus Corona Bikin Pedagang Kecil ‘Menangis’
Pandemi covid-19 berdampak langsung terhadap pelaku usaha mikro kecil pasar sentral Parigi yang sangat merasakan penurunan pendapatan.
Bahkan, ada beberapa pedagang mengaku bahwa pendapatan mereka berkurang, selama adanya wabah covid-19. Pasar menjadi sepi sehingga barang-barang pedagang banyak yang tidak laku.
Salah seorang pedagang ikan, Saida Nento mengakui bahwa penurunan pendapatannya sangatlah drastis pada masa pandemi covid-19. Jika membandingkan dengan sebelum terjadi pandemi sangat jauh hasilnya.
“Sekarang sepi, sehingga pendapatan saya menjadi tidak stabil. Adanya pandemi ini sangat menganggu harga dagangan saya. Biasanya saya bisa menghasilkan Rp.500 ribu perhari tapi kini sangat berbeda,” tutur Saida Nento.
Hal yang sama juga dikatakan oleh salah seorang pedagang tomat, Zaitun. Dia mengatakan pendapatannya juga menurun akibat pembatasan sosial saat pandemi covid-19. “Karena pandemi ini dagangan saya jadi sepi sekali, itupun dalam sehari untung saja dapat sampai Rp. 200 ribu, dan ini sangat tidak memuaskan,” tutupnya.
Eksplorasi konten lain dari kabarSAURUSonline.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.