Cerita Ibunda Juru Parkir Korban Demo Gedung DPR

Cerita Ibunda Juru Parkir Korban Demo Gedung DPR
Gambar demo kantor DPR RI. Sumber foto : CNN Indonesia
banner 468x60

Jakarta, KabarSAURUSonline.com – Cerita ibunda Maulana Suryadi alias Yadi (23) juru parkir Tanah Abang korban meninggal bersimbah darah usai ikut demo di sekitar gedung DPR, Rabu (25/9).

Dikutib dari CNN Indonesia, sebelum berangkat berdemo, Yadi juru parkir Tanah Abang itu meminta maaf kepada ibunya.

Bacaan Lainnya
banner 336x280

Ibunda Yadi, Maspupah (50) menceritakan kalau anaknya sempat memijatnya seraya mengucapkan permintaan maaf dan mencium tangan sebelum mengikuti demo.

“Terus cium tangan dan mengatakan ‘maafin Yadi ya, bu’, cium tangan lagi,” kata Maspupah dengan nada lirih di Jakarta, dikutip dari Antara Jumat (4/10).

Esok harinya, Kamis (26/9) sekitar pukul 20.00 WIB, sepulang kerja Maspupah menerima kedatangan delapan orang yang mengaku polisi yang menumpang dua mobil.

Mereka kemudian memperlihatkan jasad Yadi.

“Polisi ngajak makan dulu. ‘Enggak ah, makasih udah kenyang’. Polisi bilang Maulana udah enggak ada, sabar ya. Saya kaget, nangis.

Orang dia masih dalam keadaan sehat sebelum berangkat demo,” ujar Maspupah.

Ibunda Yadi Disodorkan Surat Pernyataan ?

Dia juga sempat ke Rumah Sakit Polri Kramatjati Jakarta Timur untuk mengurus jasad Yadi. Saat itu, Maspupah disodorkan surat pernyataan mengenai penyebab kematian Yadi.

Bahwa, anaknya meninggal dunia akibat terkena gas air mata dan penyakit asma.

“Abis itu saya dipanggil sama polisi ke kamar, ngasih amplop buat ngurus biaya jenazah Yadi, Rp10 juta. Saya enggak banyak omong, takut,” tuturnya.

Saat itu, Maspupah melihat jasad Yadi mengeluarkan darah dari telinga. Saat menanyakan hal itu ke pihak RS, petugas mengklaim itu disebabkan karena penyakit asma.

Saat dimakamkan pun menurut Maspupah, jasad Yadi masih mengeluarkan darah. Tidak ada petugas kepolisian yang hadir dalam pemakaman itu.

Wanita yang bekerja menjaga lahan parkir itu mengakui putranya memang mengidap asma karena turunan dari mendiang sang ayah.

Yadi, kata dia, terkadang merasakan sesak nafas saat asmanya kambuh.

Maspupah menyebut, berdasarkan keterangan teman Yadi bernama Aldo yang juga ikut ditahan saat demo, mereka berdua tidak sedang berdemo.

“Dia (Aldo) cerita bukan demo, cuma lihat,” cetusnya.

Menurut Aldo, lanjut Maspupah, dirinya dan Yadi ditangkap petugas kepolisian saat berunjuk rasa di sekitar Slipi, Jakarta Barat.

“Temannya baru keluar tuh si Aldo, di dalam penjara katanya. Tangkapnya berdua sama Yadi. Saya tanya sama Aldo bagaimana kejadiannya,” ujar Maspupah.

Berdasarkan penjelasan Aldo, Maspupah menuturkan saat itu Aldo dan Yadi berdemo di Flyover Slipi ditangkap polisi dan dimasukkan ke dalam mobil.

Di dalam mobil terdapat beberapa orang, kemudian Aldo dan Yadi tidak sadarkan diri.

Maspupah sendiri tak menjelaskan penyebab keduanya tidak sadarkan diri dalam mobil.

Setelah siuman Aldo sudah berada di dalam penjara, dan sempat mendekam selama tiga hari. Sementara, keberadaan Yadi tidak diketahui.

Ibu korban menyatakan tidak terima jika Yadi memang benar dipukuli hingga meninggal dunia karena dituduh ikut demo yang berujung ricuh.

“Dunia akhirat saya tidak terima. Tapi kalau anak saya meninggal karena dari Allah, saya ikhlas,” cetus Maspupah.

banner 336x280

Eksplorasi konten lain dari kabarSAURUSonline.com

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.